CERMIN
Tiga Pengemis dan Keluarga Mahar
Oleh : Ashady
http://bugistoto.bloggaul.com
Di sebuah desa terdapat sebuah keluarga yang cukup berada. Sebut saja keluarga Mahar. Dalam rumah yang terbilang besar tersebut tinggallah seorang suami, istri dan seorang anak yang masih belum beranjak dewasa. Maka suatu hari tiba-tiba datang tiga orang pengemis ke rumah tersebut. Mereka duduk di anak tangga rumah dengan wajah yang sangat mengenyuhkan. Dengan pakaian compang-camping yang merea kenakan, jelas sekali memerlihatkan diri mereka yang sangat ceking.
Pas hari itu kebetulan sang pemilik rumah sedang tidak berada di tempat, namun entah kenapa ketiga pengemis itu tetap saja duduk di anak tangga sembari menunggu sang pemilik rumah kembali.
Lalu selang beberapa saat kemudian, tibalah sang pemilik rumah bersama anaknya, mereka langsung saja menaiki rumah tanpa memedulikan ketiga pengemis yang tengah merintih-rintih tersebut. Mereka terlihat sombong, congkak, dan disertai aroma perselisihan yang acapkali terjadi di antara mereka Lalu seorang pengemis mengetuk pintu, sang suami membuka pintu dengan perasaan yang sedikit agak geram. Kata-katanya menghardik, hingga membuat seorang pengemis itu merasa tersakiti. Lalu mereka bergantian, kini pengemis yang kedua mengetuk pintu lagi. Kali ini yang membukakan pintu adalah sang istri dengan perasaan berkecamuk. Pengemis itu lantas disuruhnya pulang dan langsung menutup pintu rapat-rapat.
* * *
Tiba saatnya pengemis yang ketiga mengetuk pintu. Tidak ada seorang pun yang kini membukakan daun pintu. Lalu suaranya merintih, menandakan keperihan yang sangat ia rasakan. Sementara di dalam rumah tersebut perdebatan kecil terjadi antara suami, istri, dan anaknya. Di satu sisi, sang suami dan sang istri menolak ketiganya, sementara jauh di lubuk hati anaknya, justru menginginkan ketiga pengemis itu makan siang bersamanya. Sang suami dan sang istri kaget, kenapa anaknya sampai merengek hanya untuk makan siang bersama mereka? Sebab mereka sangat mencintai anaknya, maka sampailah keduanya sepakat untuk mempersilahkan ketiga pengemis itu masuk.
“Ayo silahkan masuk!” kata sang anak yang kemudian membukakan pintu.
“Kami mau minta makan, tolong beri kami sedikit makanan!” rintih pengemis tersebut.
“Iya, semuanya sudah tersedia di dalam. Ayo masuk saja!” kata sang istri yang dilanjutkan anggukan sang suami. Nada bicaranya terdengak menyentak.
“Tapi sebelumnya, siapa di antara kami bertiga yang akan lebih dulu makan bersama keluarga anda?” katanya salah satu pengemis tersebut.
“Sebelumnya nama kalian siapa?” Tanya sang suami.
Lalu ketiga pengemis itu berdiri berjejer sambil memperkenalkan nama satu-satu.
“Nama saya kesuksesan”
“Saya Kekayaan”
“Dan saya cinta kasih”
Mendengar ketiga nama itu mereka sontak kaget. Kemudian keluarga itu kembali berembuk, kira-kira siapa di antara mereka bertiga yang akan lebih dulu duduk bersama keluarga mereka makan siang. Sang suami berkata, kesuksesan. Sang istri berteriak, kekayaan yang harus lebih dulu. Kesuksesan! Kekayaan! Kesuksesan! Kekayaan! Satu-sama lain berpegang pada keinginan masing-masing, sementara itu sang anak justru menginginkan cinta kasihlah yang lebih dulu berada di dalam rumah mereka.
Saat keluarga Mahar kembali menemui ketiga pengemis tersebut, tiba-tiba ketiga sosok itu telah berubah. Bukan lagi sebagai pengemis, melainkan serupa malaikat yang memancarkan aura bersih dari tubuhnya. Keluarga Mahar pun terheran-heran dibuatnya, ternyata tanpa mereka sadari perdebatan di dalam rumah itu sudah terdengar sedari tadi, hingga akhirnya ketiga sosok itu tersenyum lebar.
Tiba-tiba hening dalam ketidakpercayaan keluarga Mahar tersebut.
“Sebenarnya hati nurani dialah yang telah berbicara untuk keluarga ini.” Tunjuk salah satu sosok ke arah sang anak, lalu melanjutkan kalimatnya “Dia memilih cinta kasih, sebab hati nuraninya menginginkan hal demikian berada dalam rumah ini. Apa yang dia rasakan sebetulnya hanyalah sebuah gambaran mengenai sebuah keadaan yang selalu memenuhi pikiran seseorang tentang kesuksesan dan kekayaan, sementara itu cinta kasih yang menjadi penopang sudah diabaikan. Seandainya cinta kasih senantiasa hadir dalam kehidupan, maka seseorang akan lebih mudah meraih semua kesuksesan dan kekayaan itu. Tidak ada yang namanya pertikaian, perpecahan, serta egoisme yang akan berdampak buruk. Semuanya justru akan berjalan dengan damai, bahagia dan saling menghargai satu-sama lain. Tapi begitulah manusia, selalu serakah untuk segala hal. Di satu sisi seorang laki-laki selalu memikirkan kesuksesannya sendiri, sementara di lain sisi, seorang perempuan selalu tergiur dengan harta kekayaan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar