Hipertensi Patuh Minum Obat, Cegah Komplikasi

Hipertensi
Patuh Minum Obat, Cegah Komplikasi
Penulis : Purwanti

Foto : naturalcures365.com/imagesSebanyak lebih dari seperempat warga dunia saat ini menderita hipertensi. Menurut data Lancet, jumlah penderita hipertensi di India pada tahun 2000 sekitar 60,4 juta, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 107.3 juta pada tahun 2025.
Di Cina pada tahun 2000 sebanyak 98.5 juta orang menderita hipertensi, dan diperkirakan akan meningkat sebesar 65% atau setara dengan 151.7 juta pada tahun 2025. Sedangkan di wilayah Asia lainnya, pada tahun 2000 terdapat 38.4 juta orang menderita hipertensi dan akan meningkat pada tahunn 2025 akan meningkat sebesar 67.3 juta. Dari data tersebut dapat dipastikan bahwa hipertensi masih menjadi ancaman masyrakat dunia.

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskular. Hipertensi mengakibatkan peningkatan risiko terhadap serangan penyakit kardiovaskular sebanyak 3 hingga 4 kali yang terjadi pada pria maupun wanita.

No Kategori Tekanan Darah
1. Normal <120/180 mmHg
2. Pra hipertensi 120 – 139/ 80 – 89 mmHg
3. Hipertensi stadium I 140- 159/ 90-99 mmHg
4. Hipertensi stadium II >160/>100 mmHg




Sumber : Wolf-Maier K, et.al. JAMA 2003;289;2363-2369

Kontrol yang Rendah

Secara global, tingkat prevalensi hipertensi di seluruh dunia tinggi yakni sekitar 20%. Namun tingkat kontrol tekanan darah secara umum masih rendah.

Pada organ ginjal, hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan progresifitas proteinurea (adanya protein dalam urin). “Penyakit ginjal kronik berisiko terhadap orang dengan tekanan darah diatas 180/110, sehingga dapat disimpulkan bahwa akan semakin tinggi risiko terkena gagal ginjal,” ujar dr Suhardjono, SpPD-KGH, Kger, staf divisi Nefrologi-Hipertensi RSCM pada seminar “Kepatuhan Minum Obat Selamatkan Hidup Anda (Compliance Will Save Your Life)”, beberapa waktu lalu di Jakarta.

Adanya proteinurea pada urin dapat di jadikan indikator terjadinya gangguan fungsi ginjal, “karena ginjal tidak lagi mampu menyaring protein,” kata dr Suhardjono. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah halus yang ada pada ginjal, sehingga mengurangi kemampuan ginjal untuk menyaring darah dengan baik.

Minimnya kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi obat secara teratur sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan menyebabkan hipertensi yang tadinya dapat ditekan, menjadi meningkat lagi. “biasanya para penderita hipertensi berhenti minum obat karena merasa sudah lebih baik, namun hal ini justru dapat memperparah dan mempengaruhi kerja organ lain,” tambah dr Suhardjono.

Sebabkan Kerusakan Organ

Meskipun pengobatan hipertensi memerlukan pengobatan jangka panjang (seumur hidup), diperlukan kepatuhan yang tinggi dari pasien agar organ-organ penting di dalam tubuh dapat terlindungi. “Hipertensi yang memburuk karena ketidakpatuhan pasien dalam mengonsumsi obat, bisa merusak organ penting di dalam tubuh,” ujar dr Suhardjono.

Kerusakan organ tersebut meliputi otak, karena hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko stroke. Lalu adanya kerusakan pada jantung, hipertensi meningkatkan beban kerja jantung yang akan menyebabkan pembesaran jantung sehingga meningkatkan risiko gagal jantung dan serangan jantung.

“Selain kerusakan otak dan jantung karena kondisi hipertensi yang memburuk, gagal ginjal juga merupakan risiko yang harus ditanggung penderita hipertensi,” tambah dr Suhardjono. Ditambah lagi kerusakan pada pembuluh darah di retina yang berakibat pada gangguan penglihatan bahkan bisa mengalami kebutaan.

Tanpa Gejala

Kebanyakan pasien hipertensi tidak merasakan gejala yang berarti, sebagian besar dari mereka datang dalam kondisi stadium lanjut. Ketika terjadi kenaikan tekanan darah terkadang pasien akan merasakan gejala seperti sakit kepala, mengantuk, keletihan, sulit tidur, gemetar, mimisan, atau penglihatan yang kabur. Untuk memeriksa tekanan darah, pasien harus mengukur tekanan darah dengan alat tensi darah.

Selain dengan kepatuhan meminum obat, penanganan hipertensi juga bisa dimodifikasi melalui gaya hidup, seperti penurunan berat badan, pembatasan asupan garam, diet kolesterol dan lemak jenuh, berolahraga, tidak mengonsumsi alkohol, pembatasan mengonsumsi kopi, tidak merokok, bahkan penggunaan teknik relaksasi untuk mengatasi stress juga bisa dilakukan.

“tujuan penanganan hipertensi ini adalah untuk mencegah morbiditas (keluhan sakit) dan mortalitas (kematian) yang berkaitan dengan tingginya tekanan darah,” tambah dr Suhardjono.

Tidak ada komentar: